Mengasah Bakat Adalah Keniscayaan
Oleh M Musrofi dipublikasikan pada 23 Februari, 2025
Ada banyak contoh orang yang tidak sukses secara akademik namun menjadi sukses hebat karena bisa mengasah bakat (sukses bakat). Buku ini tidak bermaksud agar sukses akademik diabaikan, namun buku ini bermaksud mengajak para orang tua dan guru agar selain berusaha agar anak atau siswanya bisa sukses akademik, juga bisa meraih sukses bakat. Mengasah bakat (sisi non akademik) dari anak sama pentingnya dengan upaya keras agar anak meraih sukses akademik
Untuk bisa lulus menjadi sarjana (S1), seseorang membutuhkan waktu sekitar 16 atau 17 tahun; yakni di SD selama 6 tahun, kemudian 3 tahun di SMP, dilanjutkan SMA dalam waktu 3 tahun, dan di perguruan tinggi selama sekitar 4 tatau 5 tahun.
Sungguh bukan waktu yang singkat, orang mencari bekal kehidupan melalui jalur pendidikan formal tersebut. Dari sisi biaya, sungguh bukan biaya yang sedikit yang telah dihabiskan mulai dari SD sampai lulus menjadi sarjana. Itu semua juga disertai energi pikiran dan tenaga yang luar biasa besar.
Jalur pendidikan formal dari SD sampai perguruan tinggi masih menjadi tumpuan harapan bagi anak dan orang tua; agar kalau anaknya menjadi sarjana, si anak dapat mengarungi kehidupan selanjutnya dengan lebih baik, lebih mudah, lebih nyaman, dan harapan-harapan yang positif lainnya. Kemudian setelah lulus menjadi sarjana, sering orang mengatakan,”Dimulailah hidup yang sebenarnya.” Para sarjana baru itu mulai mencari kerja, mencari-cari lowongan pekerjaan lewat koran, internet, dan lain-lain, serta seringkali juga melalui saudara atau rekan. Dalam mencari pekerjaan itu, bekal formalitas mereka adalah ijasah sarjana.
Tidak sedikit di antara mereka, yang justru lama menganggur, tidak mendapatkan pekerjaan. Harapan bahwa dengan sekolah supaya hidup menjadi lebih baik, lebih nyaman, dsb. tadi seolah sirna.
Perjalanan panjang 16 tahun menuntut ilmu itu tentu saja bukan sesuatu yang sia-sia. Sekolah itu tetap penting. Hanya saja bekal yang diberikan di sekolah formal itu nampaknya masih kurang. Mengapa demikian? Coba Anda renungkan,”Selama 16 tahun sekolah dan kuliah, kok akibatnya malah menjadi pengangguran? Apakah ilmu yang mereka serap selama 16 tahun itu tidak ada yang bisa dimanfaatkan untuk menciptakan pekerjaan atau berwirausaha?”
Karena itu, anak-anak kita nampaknya perlu kita beri bekal ilmu, keterampilan, dan juga bekal mental yang handal, agar mereka kelak dapat menciptakan pekerjaan paling tidak untuk diri mereka sendiri, jangan sampai menjadi pengangguran.
Salah satu bekal penting selain ilmu yang didapat selama sekolah adalah bekal aktualisasi bakat. Mengasah bakat itu menyenangkan, mudah, hasilnya bagus, dan produktif. Hasil mengasah bakat yang dilakukan secara terus-menerus dapat menjadi penolong mereka agar kelak mereka menjadi orang yang berdaya, tidak menjadi pengangguran.
Referensi
- Tulisan di atas, diambil dari buku penulis (M Musrofi) yang berjudul "Sukses Akademik dan Sukses Bakat", Penerbit Elex Media, Gramedia Group, Jakarta, 2016.